seperti ada yang mengetuk, sebuah lampau
demikian kenang tak terusir ke segala tiada
o, mengapa waktu tak habiskan segala mimpimu
ah, engkau yang menelusuri jejak pada puisi
lelaki yang menulis dengan airmatanya
demikian, kubaca ketukan pada pintu, sebuah lampau
kenang memburumu, kenang memburumu!
Sebagai Kesunyian
aku adalah kegelisahan
aku adalah kegelisahan
takluk di tatap mata
sedanau cintamu
gelisah yang api
takluk di bening mata
sedanau cintamu
Negeri Cinta
akulah negeri yang kau cari detik demi detik dalam kata kata meneulusup ke dalam relung dada menelusup lewat tatap matamu yang rindu bicara agar cinta tak habis agar gairah tak habis agar mimpi mimpi tak habis agar tak darah matahari menangis agar tak pedih dipanggang api abadi agar laksana mimpimu!
Seputih Lupa Sebiru Ingatan
Kecemasan Itu Bermula Dari…
hingga engkau merasa takut di sampingku, berjalan di sisiku
kecemasan itu datang bermula dari keraguan, menatap jalan berliku
jauhnya, mungkin kau rasa aku tak sanggup menjadi pelindungmu
kecemasan itu bermula dari keraguan, seperti kuintip hadir di tatap
matamu, sayangku...
Melukis Wajah Bidadari
bagaimana aku dapat melukis wajah, bidadari dengan selendang tarian
tersenyum padaku? jemarinya meliuk menandak, dongeng teramat asing
mungkin dari surga, impian yang hilang, ia bermula
Batu Airmata
Sampaikan salam pada penghujung hari. Airmata mencurah dalam rindu. Tapi beku dalam waktu.
Dunia demikian dikhawatirkanmu.
Engkau menyapaku.
Ingatan Dari Masa Lalu
Seorang Yang Menyimpan Kisahnya Sendiri
Pudar Bintang
tapi engkau bukan lagi bintang yang terang bercahaya. engkau demikian lindap. di harap yang merapuh. di dada lelaki.
tak ditemukan binar cahaya. dari mata yang menyimpan rahasia sendiri. jejak tak terpeta. di dadamu. sebagai galau di lubang hitam.
telah redup bintang. pudar. tersedot ke kelam tak berkesudahan.
cp: http://nanangsuryadi.web.id/