12 May 2008

Kau Sebut Kerinduan Angin 1

Kenangan Yang Memburu

seperti ada yang mengetuk, sebuah lampau
demikian kenang tak terusir ke segala tiada


o, mengapa waktu tak habiskan segala mimpimu
ah, engkau yang menelusuri jejak pada puisi
lelaki yang menulis dengan airmatanya


o, mengapa waktu tak melekangkan segala rindu dendammu
demikian, kubaca ketukan pada pintu, sebuah lampau
kenang memburumu, kenang memburumu!

Sebagai Kesunyian

sebagai kesunyian. demikian akrab mencintai. di sudut yang tersisa dari segala kenangan. disusun bata demi bata mimpi sendiri. hingga jadi menara. menjulang ke langit sepi.

o, bisikmu. di angin lalu. kerinduan diterbangkan. ke angkasa senyap. tiada jawab

aku adalah kegelisahan


aku adalah kegelisahan
takluk di tatap mata

sedanau cintamu

gelisah yang api
takluk di bening mata

sedanau cintamu

Negeri Cinta

akulah negeri yang kau cari detik demi detik dalam kata kata meneulusup ke dalam relung dada menelusup lewat tatap matamu yang rindu bicara agar cinta tak habis agar gairah tak habis agar mimpi mimpi tak habis agar tak darah matahari menangis agar tak pedih dipanggang api abadi agar laksana mimpimu!

Seputih Lupa Sebiru Ingatan

Seputih lupa, katamu. Tapi ingatan berwarna-warna. Dengan jemari kulukisi kanvas waktumu. Hingga sorot matamu menerawang menerbang ke masa lalu. Terowongan yang tak habis kau telusuri. Hingga warna segala warna memasuki tidurmu. Mimpimu yang berwarna. Mungkin biru. Ingatan yang biru.

Ingatan demikian biru. Seperti langit. Seperti laut. Seperti rindu dari masa lalu. Tapi ada yang ingin menghapus segala kenang. Seputih lupa, katamu. Di sudut mata. Menggenang butir airmata.

Kecemasan Itu Bermula Dari…

kecemasan itu bermula dari keraguan, kesangsian menatap masa depan
hingga engkau merasa takut di sampingku, berjalan di sisiku

kecemasan itu datang bermula dari keraguan, menatap jalan berliku
jauhnya, mungkin kau rasa aku tak sanggup menjadi pelindungmu

kecemasan itu bermula dari keraguan, seperti kuintip hadir di tatap
matamu, sayangku...


Melukis Wajah Bidadari

bagaimana aku dapat melukis wajah, bidadari dengan selendang tarian
tersenyum padaku? jemarinya meliuk menandak, dongeng teramat asing

mungkin dari surga, impian yang hilang, ia bermula


Batu Airmata

Di puncak diam. Di perih rindu. Mendebar-debar jejantung. Batu menangis. Di sela-sela sunyi sendiri. Tangis sebagai gerimis.
Engkau menyapaku.
Sampaikan salam pada penghujung hari. Airmata mencurah dalam rindu. Tapi beku dalam waktu.

Dunia demikian dikhawatirkanmu.
Sebagai haru tersampai. Ingin gapai. Mimpi tak usai. Menderai ingatan diterpa angin lalu. Lelambai tangis batu. Ditempa waktu. Sebagai gerimis.

Engkau menyapaku.


Ingatan Dari Masa Lalu

Aku pernah mencintaimu. Kau tahu. Aku pernah sungguh merindu dirimu. Kau tahu. Di baris sajak. Mengekal dongeng airmata. Derita dan bahagia. Sebagai peta yang kuberi tanda. Di mana aku berada. Dalam kerling matamu. Di baris alismu. Di lengkung senyummu. Sepenuh cinta. Setulus doa. Di gelincir mimpi-mimpi. Mengembun di hijau subuh. Terbubuh namamu. Terbubuh di tugu waktu. Dari masa lalu. Ingatanku.


Seorang Yang Menyimpan Kisahnya Sendiri

Ada yang menyimpan kisahnya sendiri. Di derai daun-daun jatuh. Sebuah taman kota. Dingin angin memagut. Gerimis menyapa. Sesorot mata yang jauh. Ke silam yang riuh. Di dada sendiri. Di ingatan sendiri.

Tapi mata adalah jendela. Kutemu engkau menangis. Sendiri. Di sudut lampau. Mengekal bayang. Mengekal ingatan.

Di baris sajak. Segores luka menyimpan jejak. Dirimu.


Pudar Bintang

tapi engkau bukan lagi bintang yang terang bercahaya. engkau demikian lindap. di harap yang merapuh. di dada lelaki.
tak ditemukan binar cahaya. dari mata yang menyimpan rahasia sendiri. jejak tak terpeta. di dadamu. sebagai galau di lubang hitam.

telah redup bintang. pudar. tersedot ke kelam tak berkesudahan.


cp: http://nanangsuryadi.web.id/