20 September 2003

syair keterpanaan

kelelahanku dalam ejaan nyata
ruaskan gelisah keterpurukan kata tak mengerti
suamu satu hancurkan religiku

kudiam dalam acuh
kusapa dalam keluh
kueja tangisan semu

kejengahan itu ada
ratapan itu menyapa
kebencian itu tiba

kau terdiam
kau tenggelam
kau kini muram

sujudku ...
ketika senja itu hadirkan warna pucat
goresan tinta cakrawala diujung pusara
temaram dalam kesuraman

raih syair-syair keterpanaan

kesunyian sesakan sebuah pesona
"kebodohan"

13 September 2003

sepi hati

tepian hati yang kian terbengkalai sepi
merisaukan tawa kata tak berucap penuh sepi

tarian pesona begitu terwujud dalam kehampaan diri
merasuk dalam keengganan setiap imaji
hadirmu sepi langkahmu tak pasti
satui langkah hadirkan setiap keletihan

seindah samar bayangmu
ketika hadir dalam pelukan resahku
hasratku terkuak bangkitkan keluhku
kau entah dimana kini

saat suakan kejengahan
hadirmu hadir dalam ketenanganku
semburatmu warnai senja dilangitku
merah terbakar dalam sebuah keindahan
tergoreskan
terlukiskan semua perupaan yang temaram

sedihku kini
senyumku kini
tawaku kini
milikmu sepi

NB: resapan hatiku kini, aku sendiri tak mengerti

07 September 2003

pesona dalam diam

tenangnya diam dalam sebuah kebungkaman suram
hilangkan letihku ruaskan sebuah pesona keacuhan sesaat
sesakan sebuah perupaan terbata

terukir dalam sebuah kejengahan
kesendirian terbalut dengan sebuah kelangkaan kata
rasai sebuah ketafakuran diri
hadirku untukmu dalam pelarian yang tak pasti

terucap maafku dalam keacuhan imaji
serasa angin kediaman ruaskan hati
resahkan seluruh sendi perupaan diri

senyumku terbaca sepi
tawaku ruaskan sunyi
langkahku hentakan cerita letih

ucapmu dalam sayu yang tak kutahu pasti
ketika hadir dalam pertigaan hati yang kian semburatkan warna keletihan ku
meski kutahu kini akhirnya
tak kuasa hadirkan rasa kebencian diri

maafku untukmu yang kini entah tersembunyi
dimana kau hingga kini
suakan peresapan kata tak bertepi

serasa angin sepoi yag tak resapkan diri
kutahu itu meski dari dulu
arahmu dalam persimpangan yang tak pernah henti
tak kuasa jua aku menghadapai dalam kesendirian ini


salam dalam peresapan diri
senyumku dalam kejengahan diri
jaga jilbabmu
hentikan petualanganmu kembalilah kau dalam kesetian yang pertama kali dulu