tenangnya diam dalam sebuah kebungkaman suram
hilangkan letihku ruaskan sebuah pesona keacuhan sesaat
sesakan sebuah perupaan terbata
terukir dalam sebuah kejengahan
kesendirian terbalut dengan sebuah kelangkaan kata
rasai sebuah ketafakuran diri
hadirku untukmu dalam pelarian yang tak pasti
terucap maafku dalam keacuhan imaji
serasa angin kediaman ruaskan hati
resahkan seluruh sendi perupaan diri
senyumku terbaca sepi
tawaku ruaskan sunyi
langkahku hentakan cerita letih
ucapmu dalam sayu yang tak kutahu pasti
ketika hadir dalam pertigaan hati yang kian semburatkan warna keletihan ku
meski kutahu kini akhirnya
tak kuasa hadirkan rasa kebencian diri
maafku untukmu yang kini entah tersembunyi
dimana kau hingga kini
suakan peresapan kata tak bertepi
serasa angin sepoi yag tak resapkan diri
kutahu itu meski dari dulu
arahmu dalam persimpangan yang tak pernah henti
tak kuasa jua aku menghadapai dalam kesendirian ini
salam dalam peresapan diri
senyumku dalam kejengahan diri
jaga jilbabmu
hentikan petualanganmu kembalilah kau dalam kesetian yang pertama kali dulu