08 May 2005

senyum

senyum teduh itu kembali tenggelam
tenggelam dalam kesunyian hatiku
menipis bayang-bayang sendu " tergetar hatiku"

kembali kerinduan ini merasuk pelan
wajahnya terlihat
samar, menyejukan dan meresahkan
ahhhhhhhhhhh tanyaku hampa
kenapa wajah wajah seperti ini ada?

kurangkai kembali kata perobek rasa
mengeja senyuman yang telah ada
penuh kerejengahan

25 February 2005

nuansaku kembali untukmu

sungguh keindahan di balik kata
kenangan itu menghanyutkan kembali nuansaku
maafkan aku... di balik tawaku ini terhimpit rasa sakit yang sepi.
kuhampiri kembali nuansaku di balik bayang senyummu

kulangkahkan kembali kakiku diatas nisan merahmu.
sepi ini begitu bermakna jika kucurahkan kembali.
meski kau hanya diam dalam ungkapan kebodohanku
kutahu pasti kau mengerti,

100 hari kini kau pergi dariku, dari kami dari duniaku
kau tahu .. lantunan ayat ayat itu begitu menyesakan bagiku.
meski kutahu itu ketenanganmu disana. di balik kebeningan langit yg bungkam.
surau ini, rumah ini hantaran embun di keremangan hati.
tiada ucap tiada kata dari doaku. hanya bayangmu sepi.

kutak tahu apakah ini umpatan ataukah kebanggaan hatiku..
ku tak dapat menghancurkan bayangmu, ku tak dapat menghakimi sepiku.
semuanya telah berlalu itu ucap mereka tidak bagiku, tidak bagi ketenanganku.
sungguh indah sebuah kata " selamatkan dia dengan doa'mu jangan dengan renunganmu "
tapi itukah yang mereka rasakan ketika semua itu menghimpitnya?.

kulampiaskan hatiku tuk bersamanya.
memuakan memang ketika rasaku tetap bersamamu.
sedang nyataku ada di setiap cintanya.
tawaku sepi, tangisku tak pasti..
apa yang kini ahrus kulakukan?
menyimpan cintamu membuang hasratku, mehakimi kebodohanku ?
kepuraan kini ku hadapi, ku jalani selamnya entah tuk kesekian cintanya yang ada..

24 February 2005

bait kesunyian

ku hempaskan sebuah angan dibalik kelembutan senyuman.
dibalik sebuah keraguan yang tercipta lewat tawa yang menjemukan
aku mengimami.. aku menghanyutkan sebuah ketakutan hingga keraguan yang tersembunyi
dibalik itu aku menulis puisi ini seperti biasanya

bersembunyi di balik bait bait kesunyian. Meski harus menahan tawa.
Dengan ungkapan airmata di baliknya.. maaf jika aku menyapamu
Betapa ingin….
air pegunungan yang mengalir menuruni bukit mengisi sungai – sungai liarku.
Disini ….
Engkau adalah bait puisi puisi yang lain ..
Meski nyata itu adalah bait bait yang sepi. Atau salah dalam sudut kebekuan.

Di balik senyuman senja merambat tenggelam
Kusembunyikan diri dalam kepekatan yang paling dalam
Mencium sajadah usang yang menemani kepengecutanku
Mengajariku ketabahan dan keihlasan diri.
Dan nyata aku telah jauh dari benignya sungai yang mengalir didadaku..

Sungguh ku tahu akhirnya
Untuk sampai pada keikhlasan senyummu
Menimba tawa airmata hingga usapan kepura puraan
Terkapar di balik senja
Pulas dalam kepekatan
Sunyi juga akhirku .. kembali hingga pada bait bait yang dulu..

21 February 2005

Pergilah anginku

ketika angin berhembus keutara
serasa buaian indah didepan mata
mengalir dengan kesejukan terarah nyata
bersua dengan sebuah makna ribuan kata

akhirku tawa indahku nyata
terbawa dengan angin utara
menabur suka kesejukan rasa
dalam dambaan nada cinta
selaraskan dengan putihnya persahabatan

seiring nuansa yang kian berjalan
lembutkan rasa dalam setiap langkah beda
teriring sebuah embun di pagi buta
kutahtakan sebait kata kelembutan
resapi denga keangkuhan risau

dalam kelamku hadirkan acuhku
dalam tawaku hadirkan sepiku
dalam nuansaku hadirkan racauku
dalam jengahku hadirkan diamku
dalam imajiku hadirkan seribu semu

mawarku
semoga kau dapat angin utaraku
itulah nuansaku
dengan sebait embun kepagian