19 June 2007

menyikapi komentar



kemarin malam mampir ketemen, n dapet ilmu yang menurutku pas untuk diabadikan n dijadikan ingatan. dia habis curhat ma " bundanya".. duh jadi iri ada yang bisa jadi curhat btw aku punyanmya "simbok" yang udah memperhatikan dari ampe gede heheheh.
tuh bundanya kalo dikantor kadang males kumpul ama rekan 2x nya " suka ngegosip kasih komentar yang bukan urusanya " nah loh.. ada ndak ya pada diri kita :). tepat ndak sih sikapnya gmana nyikapinya?.
kata tuh bunda komentar tuh ada klasifikasinya...
1. komentar yang sekedar komentar tanpa tujuan apapun ataupun maksud jadi sekedar penggembira aja ( ini nih menurutku cikap bakal penggosip .. heehhe )
2. komentar karena iri ( nah ini yang musti diwaspadain. ) komentar karena iri nih kita musti bisa nempatin pada situasi yang tepat. salah salah malah jadi bumerang kalo yang diirikan emang ke arah madharat/ duniawi aja :)
3. komentar yang tujuannya mengukur/ mengenal karakter orang :). nah kalo yang ini kita musti pintar melihat hihihi.
4. kalo ini bukan dari sumber yang sama cuman ada yang bilang yang terakhir adalah komentar tanggung jawab . ( komentar apaan ini ? ) komentar kayak gini bisa bersifat menunjukan tujuan/ keinginanya semacam pembelaan diri, cari perhatian atau mungkin lebih tepatnya kearah yang politis (heheeh sok demokrat nih )

berkaitan dngan komentar n gimana musti menyikapi Ada satu cerita yang pernah saya baca di buku kumpulan kisah Nasruddin Hoja (bayangkan settingnya Turki abad ke-15)
Alkisah, pada suatu hari seorang ayah dan anaknya berjalan-jalan ke kota menggunakan seekor keledai. Si Anak duduk di atas keledai, sementara Si Ayah berjalan menuntun keledainya. Ketika mereka lewat di depan serombongan orang, terdengar salah satu dari mereka berkata, “Dasar anak tidak tahu diri, membiarkan bapaknya yang sudah tua kelelahan berjalan sementara dirinya enak-enakan duduk.”
Mendengar hal itu, Si Anak turun dan meminta ayahnya naik ke punggung keledai. Akhirnya Si Ayah yang duduk dan Si Anak menuntunnya. Beberapa lama kemudian, mereka melewati segerombolan orang yang lain. Terdengar komentar, “Dasar lelaki tidak tahu diri, enak-enakan menunggang keledai dan menyuruh anak kecil kepayahan menuntunnya.”
Setelah itu, Si Ayah turun dari keledai dan menuntun keledai bersama anaknya. Saat mereka melewati serombongan orang, terdengar lagi komentar, “Dasar orang bodoh, membawa keledai tapi tidak digunakan.”
Akhirnya mereka berdua sama-sama naik ke atas punggung keledai. Tak lama kemudian terdengar lagi komentar, “Dasar manusia kejam, tak punya belas kasihan pada binatang. Masa keledai kecil itu dinaiki berdua?”
Nah, hikmahnya adalah… jangan jalan-jalan sambil bawa keledai Hehe, becanda… Dikisahkan beberapa saat kemudian, mereka berhenti di jalan. Setelah sejenak menarik nafas, Si Ayah berkata kepada anaknya, “Anakku, demikianlah manusia. Kau tidak akan pernah bisa memuaskan semuanya.”


nah untuk menyikapi hikmah yang terbaik diserahkan pada pembaca n simpulkan di rubik " komentar" heheh namanay juga menyikapi komentar jadi dikembalikan ke tempatnya dunk :)

thx buat M_soim yang udah berbagi cerita n terutama berbagi nasi gorengnya ( besok lagi ya , huhahahah )

- wassalam -